Ketika otak mengisyaratkan untuk terpejam, namun
mata berusaha tetap terjaga. Ketika mulut berkata pergi, namun hati menahannya
untuk tinggal. Dan ketika awan terlihat begitu mendung, namun hujan tak kunjung
datang. Apakah semua ini salahku? Bahkan ketika kamu memilih untuk pergi namun
aku memilih untuk tetap tinggal. Ketika jemarimu melepaskan jemariku dan
menggantikannya dengan jemari orang lain, namun aku masih bisa meyakinkan diri
bahwa suatu saat jemari itu akan kembali menggenggam jemariku, apakah semua itu
salahku? Aku tidak pernah memilih dan berharap semua ini akan terjadi, dan
perpisahan ini? Sungguh bukan merupakan impian atau bagian dari doaku setiap
malam. Bukan.
Tidak ada satupun manusia yang menginginkan
hidupnya menderita, apalagi karena melepas dia yang dicinta. Merelakan dia
berbagi kasih dan sayang dengan orang lain. Membayangkannya saja begitu
menyiksa, apalagi ketika sudah jelas-jelas nyata? Oh Tuhan, jika akhirnya
memang seperti ini, mampukan aku agar bisa lepas dan menerima semuanya dengan
ikhlas.
Berkata memang jauh lebih mudah daripada berbuat.
Mudah saja mengucap janji untuk tegar, namun nyatanya tumbang dan berderai air
mata. Menyedihkan.
Dan lagi, apa semua itu masih salahku?
“Aku yang
masih saja tenggelam dalam rona masa lalu, berbaur dengan semua kebahagiaan
semu yang justru selalu berujung kesedihan ketika merindu, akulah yang memang
tulus menyayangimu”
Ketulusan memang bukan suatu hal yang bisa dilihat
oleh mata, tapi hanya bisa dirasakan oleh hati. Seberapa tulusnya kamu pada
seseorang, memang tidak akan pernah bisa dilihat meskipun kamu berusaha
meyakinkannya, kecuali dia merasakan dengan hatinya. Aku dan masa lalu bagai
sahabat yang senantiasa merindukanmu. Kami selalu bercengkrama setiap malam dan
mengirim doa tulus untukmu. Dan lagi, apa semua itu masih salahku?
Aku tidak tahu kenapa semua
ini aku lakukan. Aku juga tidak tahu kenapa semua ini masih saja aku rasakan.
Jika semua ini beralasan, mungkin aku bisa menghilangkannya dengan mudah.
Melangkah tanpa harus merasa berat dan menoleh tanpa harus tertahan. Jika semua
ini memang salahku, bantu aku untuk membenarkannya. Jika ini semua ini memang
salahku, bantu aku untuk menetralkan semuanya. Semua perasaan bahagia semu yang
justru berujung pilu. Aku lelah, bosan dan muak ketika terus merasa rindu namun
hati meronta pilu. Dan lagi, salahkah aku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar