Sabtu, 27 Februari 2016

Salahkah Aku?



Ketika otak mengisyaratkan untuk terpejam, namun mata berusaha tetap terjaga. Ketika mulut berkata pergi, namun hati menahannya untuk tinggal. Dan ketika awan terlihat begitu mendung, namun hujan tak kunjung datang. Apakah semua ini salahku? Bahkan ketika kamu memilih untuk pergi namun aku memilih untuk tetap tinggal. Ketika jemarimu melepaskan jemariku dan menggantikannya dengan jemari orang lain, namun aku masih bisa meyakinkan diri bahwa suatu saat jemari itu akan kembali menggenggam jemariku, apakah semua itu salahku? Aku tidak pernah memilih dan berharap semua ini akan terjadi, dan perpisahan ini? Sungguh bukan merupakan impian atau bagian dari doaku setiap malam. Bukan.
Tidak ada satupun manusia yang menginginkan hidupnya menderita, apalagi karena melepas dia yang dicinta. Merelakan dia berbagi kasih dan sayang dengan orang lain. Membayangkannya saja begitu menyiksa, apalagi ketika sudah jelas-jelas nyata? Oh Tuhan, jika akhirnya memang seperti ini, mampukan aku agar bisa lepas dan menerima semuanya dengan ikhlas.
Berkata memang jauh lebih mudah daripada berbuat. Mudah saja mengucap janji untuk tegar, namun nyatanya tumbang dan berderai air mata. Menyedihkan.
Dan lagi, apa semua itu masih salahku?

“Aku yang masih saja tenggelam dalam rona masa lalu, berbaur dengan semua kebahagiaan semu yang justru selalu berujung kesedihan ketika merindu, akulah yang memang tulus menyayangimu”

Ketulusan memang bukan suatu hal yang bisa dilihat oleh mata, tapi hanya bisa dirasakan oleh hati. Seberapa tulusnya kamu pada seseorang, memang tidak akan pernah bisa dilihat meskipun kamu berusaha meyakinkannya, kecuali dia merasakan dengan hatinya. Aku dan masa lalu bagai sahabat yang senantiasa merindukanmu. Kami selalu bercengkrama setiap malam dan mengirim doa tulus untukmu. Dan lagi, apa semua itu masih salahku?
Aku tidak tahu kenapa semua ini aku lakukan. Aku juga tidak tahu kenapa semua ini masih saja aku rasakan. Jika semua ini beralasan, mungkin aku bisa menghilangkannya dengan mudah. Melangkah tanpa harus merasa berat dan menoleh tanpa harus tertahan. Jika semua ini memang salahku, bantu aku untuk membenarkannya. Jika ini semua ini memang salahku, bantu aku untuk menetralkan semuanya. Semua perasaan bahagia semu yang justru berujung pilu. Aku lelah, bosan dan muak ketika terus merasa rindu namun hati meronta pilu. Dan lagi, salahkah aku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar