Bertemu adalah obat penawar rindu yang
paling mujarab, bercengkrama adalah bagian kebahagiaan yang tidak bisa
dijelaskan, dan bersamanya adalah bahagia yang seutuhnya, katanya, si pejuang
jarak. Ya, mereka yang dipisahkan oleh jarak, mencoba berdamai dengan waktu,
dan begitu akrab dengan “menunggu” sampai saatnya bertemu. Merekalah yang
selalu berkutat dengan rindu, saling menguatkan meski rapuh, saling percaya
meski kerap dilanda curiga dan tetap setia meski begitu mudah rasanya untuk
mencari bahagia dengan “dia” yang nyata ada.
“Wahai
Pejuang Jarak, jangan menyerah, jadikan ini sebagai bukti nyata cinta kasihmu”
Cinta memang tidak dapat diukur, tidak
pernah dapat dilihat, tapi selalu bisa dirasakan. Terpisah bukan berarti berpisah,
hanya butuh sabar sampai akhirnya menang. Tidak harus dekat agar bisa bahagia,
saling mengerti dan percaya adalah bahagia tiada tara. Jarak hanyalah pelengkap,
dia hanyalah pemeran tambahan dalam kisah kalian. Kalian lah pemeran utamanya,
kalian lah yang akan memenangkannya. Kalian harus kuat, bukannya lemah karena
jarak, terkikis karena waktu dan hilang karena curiga. Kalian juga harusnya
bersyukur, berterimakasih pada jarak, karena tanpanya, kalian tidak akan pernah
merasakan rindu yang begitu menggebu, bahagia tiada tara ketika bertemu dan
merasa begitu dicintai ketika hanya kaulah yang dia nanti.
”Wahai
Pejuang Jarak, percayalah sabarmu akan berakhir indah”
Jangan mau kalah karena jarak, jangan
mau rapuh karena waktu dan jangan pernah jadikan ia sebagai alasan untuk
berpaling. Jarak ada bukan sebagai perusak, tapi jadikan dia penguat. Penguat
kala rindu menggebu, penguat kala hati mulai goyah dan penguat kala “dia” yang
terlihat indah menawarkanmu kebahagiaan semu, yang justru akan membawamu dalam
penyesalan seumur hidup. Kuatlah wahai pejuang jarak, yakinlah kisahmu akan
indah.